vegetasi hutan pantai
Hutan pantai termasuk dalam ekosistem pesisir bersama dengan terumbu karang dan lamun. Kondisinya berpasir dengan ketinggian vegetasi rendah dan semak, tumbuh pada kondisi pasir yang kering, umumnya terhindar dari pasang air laut.
Hutan pantai tumbuh dan berkembang dipantai berpasir diatas garis pasang tertinggi di wilayah tropik. Keaneka ragaman fauna sangat kaya tetapi hanya sedikit jenis-jenis satwa yang khas dari ekosistem ini, kebanyakan hewan hidup pula di tipe ekosistem yang lain atau bahkan hanya datang ke hutan pantai.
Pada ekosistem hutan pantai terdapat 2 formasi vegetasi yang dibedakan berdasarkan species vegetasi yang dominan, struktur, fisiognomi vegetasi dan komposisi floristiknya, yaitu:
1. Formasi Pes -Caprae.
Formasi ini didominasi oleh tumbuhan menjalar dari keluarga kacang-kacangan (Leguminosae) yang menutupi pasir pantai di atas garis pantai tertinggi.
Nama formasi ini diambil dari nama katang-katang (Ipomoea pes-caprae) memiliki daun berbentuk serupa teracak kambing, merupakan tumbuhan tipikal di areal ini.
Jenis tumbuhan lain yang sering dijumpai adalah Canavalia maritima, Vigra marina, Spinipex littoreus, Thuarea involuta, Ischaemum muticum serta jenis patikan yaitu Euphorbia atota dan Fimbristyus sericea.
Tumbuhan tersebut bergantung pada ketersediaan air tanah berkadar garam rendah, umumnya tumbuhan ini tahan terhadap kekeringan berulang, suhu lingkungan yang tinggi, unsur hara yang rendah, semburan garam dan tiupan angin yang terus menerus. Biji-bijinya berukuran kecil dan disertai kelengkapan khas untuk pemencaran oleh air.
Perakaran tumbuhan pada formasi ini melebar dan mencekram kedalam pasir, jalinan ranting dan dedaunan di atas pasir menahan atau menangkap sampah-sampah yang dibawa ombak, termasuk buah dan biji-bijian yang diangkut air sehingga meningkatkan kandungan hara dan memungkinkan terjadinya suksesi vegetasi. Dibelakang dari formasi ini didapati semai dari aneka tumbuhan, termasuk kelapa (Cocos nucifera) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) sebagai jenis pelopor (pionir) yang akhirnya membentuk tegakan murni, namun anakan tidak dapat tumbuh dibawah naungan pohon induknya.
2. Formasi Barringtonia
Setelah formasi Pes-caprae ditemukan formasi semak belukar dan pepohonan yang disebut formasi Barringtonia. Formasi ini dinamai dari pohon butun (Barringtonia asiatica). Biasanya pohon ini membentuk asosiasi yang tipikal bersama nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (terminalia catappa), pace (Morinda citrifolia), waru (Hibiscus tiliacus), kepuh (Sterculia foctida) dan lain sebagainya.
Bagian terbuka terdapat semak-semak bakung laut (Crinumasiaticum), gagabusan (Scaevola toceada), lempeni (Ardisia elipptica), kanyere laut (Desmodium umbellatum), tarum laut (Sophora tomentosa), jati pasir (Guettarda speciosa), pandan duri (Pandanus tectorius) dan lain sebagainya.
Banyak jenis satwa yang hidup di hutan pantai, namun hampir tak ada fauna yang khas di ekosistem ini, kebanyakan satwa juga ditemukan hidup dihutan daratan rendah, hutan manggrove yang berdekatan. Beberapa jenis satwa singgah untuk bertelur dan mencari makan.
Hutan pantai digunakan berbagai species binatang, khususnya mamalia besar sebagai tempat saltlick. Saltlick adalah aktivitas binatang untuk memperoleh garam meneral dalam memelihara keseimbangan fisiologis cairan tubuhnya. seperti babi hutan, lutung, rusa dan lain sebagainya.
Hutan pantai menjadi habitat dan lokasi penyu bertelur. Di Jawa dan Bali ada tiga spesies penyu secara teratur berkunjung kehutan pantai untuk bertelur, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelis imbricata) dan penyu belimbing (dermochelis coriacea). Spesies burung seperti elang laut perut putih dan elang bondol, burung lainnya yang sering berkunjung adalah bangau, gagak, kuntul dan spesies burung laut adalah cikalang dan dara laut.
Pada ekosistem hutan pantai terdapat 2 formasi vegetasi yang dibedakan berdasarkan species vegetasi yang dominan, struktur, fisiognomi vegetasi dan komposisi floristiknya, yaitu:
1. Formasi Pes -Caprae.
Formasi ini didominasi oleh tumbuhan menjalar dari keluarga kacang-kacangan (Leguminosae) yang menutupi pasir pantai di atas garis pantai tertinggi.
Nama formasi ini diambil dari nama katang-katang (Ipomoea pes-caprae) memiliki daun berbentuk serupa teracak kambing, merupakan tumbuhan tipikal di areal ini.
Jenis tumbuhan lain yang sering dijumpai adalah Canavalia maritima, Vigra marina, Spinipex littoreus, Thuarea involuta, Ischaemum muticum serta jenis patikan yaitu Euphorbia atota dan Fimbristyus sericea.
Tumbuhan tersebut bergantung pada ketersediaan air tanah berkadar garam rendah, umumnya tumbuhan ini tahan terhadap kekeringan berulang, suhu lingkungan yang tinggi, unsur hara yang rendah, semburan garam dan tiupan angin yang terus menerus. Biji-bijinya berukuran kecil dan disertai kelengkapan khas untuk pemencaran oleh air.
Perakaran tumbuhan pada formasi ini melebar dan mencekram kedalam pasir, jalinan ranting dan dedaunan di atas pasir menahan atau menangkap sampah-sampah yang dibawa ombak, termasuk buah dan biji-bijian yang diangkut air sehingga meningkatkan kandungan hara dan memungkinkan terjadinya suksesi vegetasi. Dibelakang dari formasi ini didapati semai dari aneka tumbuhan, termasuk kelapa (Cocos nucifera) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) sebagai jenis pelopor (pionir) yang akhirnya membentuk tegakan murni, namun anakan tidak dapat tumbuh dibawah naungan pohon induknya.
2. Formasi Barringtonia
Setelah formasi Pes-caprae ditemukan formasi semak belukar dan pepohonan yang disebut formasi Barringtonia. Formasi ini dinamai dari pohon butun (Barringtonia asiatica). Biasanya pohon ini membentuk asosiasi yang tipikal bersama nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (terminalia catappa), pace (Morinda citrifolia), waru (Hibiscus tiliacus), kepuh (Sterculia foctida) dan lain sebagainya.
Bagian terbuka terdapat semak-semak bakung laut (Crinumasiaticum), gagabusan (Scaevola toceada), lempeni (Ardisia elipptica), kanyere laut (Desmodium umbellatum), tarum laut (Sophora tomentosa), jati pasir (Guettarda speciosa), pandan duri (Pandanus tectorius) dan lain sebagainya.
Banyak jenis satwa yang hidup di hutan pantai, namun hampir tak ada fauna yang khas di ekosistem ini, kebanyakan satwa juga ditemukan hidup dihutan daratan rendah, hutan manggrove yang berdekatan. Beberapa jenis satwa singgah untuk bertelur dan mencari makan.
Hutan pantai digunakan berbagai species binatang, khususnya mamalia besar sebagai tempat saltlick. Saltlick adalah aktivitas binatang untuk memperoleh garam meneral dalam memelihara keseimbangan fisiologis cairan tubuhnya. seperti babi hutan, lutung, rusa dan lain sebagainya.
Hutan pantai menjadi habitat dan lokasi penyu bertelur. Di Jawa dan Bali ada tiga spesies penyu secara teratur berkunjung kehutan pantai untuk bertelur, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelis imbricata) dan penyu belimbing (dermochelis coriacea). Spesies burung seperti elang laut perut putih dan elang bondol, burung lainnya yang sering berkunjung adalah bangau, gagak, kuntul dan spesies burung laut adalah cikalang dan dara laut.